Kamis, 13 Juni 2013

Rania


                                                                                           doc.google                      


"Rania" panggilku lirih, betapa cantik dan anggunya dia dengan kebaya putih itu, hari ini dimana sebagian mimpinya berwujud nyata, dan sebagian mimpiku ikut mengendap bersamanya.

Rania, bagiku dia adalah perempuan sempurna untuk melengkapi ketidaksempurnaan dalam hidupku,menyempurnakan segala kekuranganku, mencukupi dengan kehadirannya, pertemuan pertama kami terjadi di sebuah toko buku. Ini adalah hal yang harus kalian tahu bahwa Rania adalah seorang kutu buku sejati, dia orang yang sangat rela menghabiskan waktu seharian di toko buku dan perpustakaan, berkebalikan denganku, aku bukanlah orang yang betah berlama-lama di toko buku ataupun perpustakaan, dan hari itu karena urusan pekerjaan aku mendatangi toko buku itu, hei tenang aku bukan rentenir atau sejenisnya, aku hanya seorang design interior yang bertanggung jawab terhadap renovasi toko. Aku tersihir pesonanya dalam langkah pertama memasuki toko tersebut, tidak diketahui jelas mengapa dan apa yang terjadi saat itu, aku hanya mampu berdiri diam ditempat dan menatapnya. Perempuan itu sedang menangis, ya Rania - tentu saja pada saat itu aku belum mengetahui namanya- sedang menangis sambil memegang sebuah buku, entah bercerita tentang apa, dia terlihat rapuh saat itu tapi sama sekali tidak memudarkan pesonanya terhadap ku. Ya dia mampu menyihirku pada pertemuan pertama kami. Sejak saat itu aku menjadi manusia yang terlalu rajin ke toko buku, dan ketempat-tempat yang memungkinkan untuk bertemu Rania, aku menjadi gila karenanya.
Aku sudah memutuskan untuk tidak lagi menjadi bayang-bayangnya, dia harus tahu bahwa aku ada, dan betapa kagetnya aku ketika dia, Rania mengampiri meja tempat ku sedari tadi mengawasinya, sambil membolak-balik majalah yang asal ambil.
" Hai, Rania kamu??" sesaat yang membuat speechless 
"owh, maaf apa saya terkesan kurang sopan, feel free to complain, tapi saya mau duduk disitu boleh? perlu colokan soalnya"sambarnya ketika aku juga belum memberikan jawaban.
"Arganta" ucapku, dia berhenti sebentar dari kegiatannya dan melemparkan pandangan bertanya
"gue Arganta"  Rania hanya mengangguk dan kembali sibuk dengan kegiatannya.
 Percaya atau tidak teman sejak insiden perkenalan Rania yang tak terduga itu, kami menjadi semakin dekat, berteman, bersahabat dan jatuh cinta padanya. Walau pada kenyataanya aku menemukan fakta bahwa Rania telah memiliki calon pendamping, tapi hal tersebut tidak menyurutkan langkahku untuk menyatakan perasaanku yang sebenarnya, panggil aku egois kalau perlu, tak pernah ada kata menyerah untuk membuktikan cinta bukan, aku hanya berpikir ini adalah satu-satunya kesempatan untuk menguji sampai dimana keberuntunganku, malam itu aku bertemu dengan Rania di toko buku, tempat yang tersepakati dengan sendirinya. 
"Je t'aime parce que tu est mon meilleur ami" ucapku
"Rania, sepanjang perkenalan kita, aku akhirnya tersadar bahwa kamu adalah alasan dibalik senyumku setiap hari, maukah kau menjadi penyempurna dalam hidupku, melengkapiku?" jangan tanya perasaanku saat kata-kata itu terlontar, aku hanya mampu berdoa, semoga Tuhan tengah berpihak padaku saat ini.
Rania hanya terdiam terpaku, sambil tangannya menyerahkan sebuah undangan, aku tak perlu melihat nama siapa yang tertera dibalik undangan itu, aku tahu bahwa Tuhan sedang enggan berpihak padaku malam ini.
"Arga, tahukah kamu apa yang bisa membuat dunia terang dalam satu saat dan gelap disaat yang lain? " tanya Rania yang aku jawab dengan gelengan
"Mata Arga" lalu Rania pergi dan meninggalkan banyak penyesalan. 


 -Rania-

 "Arganta" Rania merapalkan namanya dalam diam, dia adalah lelaki yang lamarannya kutolak seminggu sebelum pernikahan ini berlangsung, dan lihatlah dia kini dengan bahagia dan senyum yang selalu menghiasi wajahnya hadir dihari pernikahanku dengan langkah tegap dan pasti, sepasti ucapannya mengucapkan selamat atas kebahagianku. Arganta adalah nama yang diam-diam aku rapalkan dalam setiap sujud mendoakan kebaikan dan kebahagianya, bagaimana hatimu hari ini? masih bergelayut mendungkah atau sudah berubah menjadi pelangi?

Arganta, aku mengenal lelaki ini disebuah perpustakaan, ini untuk kali pertama aku melihat lelaki yang super duper cuek membolak balik halaman majalah yang dia baca tanpa terlihat tertarik, sesaat pemandangan ini sungguh membuat aku terpesona,-maksudku terpesona pada gestur yang dia tampilkan- baiklah sudah diputuskan aku harus mengenalnya, ekspresi kagetnya sewaktu aku memperkenalkan diri tadi lucu sekali, aku berulang kali memalingkan muka darinya untuk menyembunyikan tawa., sambil menormalkan detak jantungku ketika berada dekat dengannya.
Dia memang sangat mempesona, dia tak tampan teman, percayalah tapi pesonanya mampu melelehkan dinding beton -oh baiklah aku mungkin terlalu berlebihan dengan hal ini- kamu harus membuktikannya sendiri, nanti ketika kamu bertemu dengannya bahagiakan dia, dan tolong sampaikan " Cinta yang sejati tidak akan mengenal takut, jika cinta itu luhur maka iya akan tetap hidup entah kita telah mati atau masih hidup".