Tadi begitu
selesai bercerita panjang lebar dengan ibu saya di suatu pagi yang
penuh dengan kilauan matahari yang menggetarkan jiwa, saya mengambil
satu kesimpulan tentang rasa yang tidak begitu saya pahami betul arah
dan tujuannya, tentang pemikiran yang menggantung dalam otak yang selama
ini saia yakini dengan baik, tapi tak mampu saya pahami dengan
sempurna, bahwa cinta itu mesti di beri tau, mesti dikasih unjuk, jauh
sekali dari apa yang ada dipikiran saya selama ini, bahwa tak selamanya
cinta itu mesti dikasih unjuk, di beri tau, terkadang dia hanya butuh
untuk hadir dan ada tanpa perlu penjelasan kenapa dia ada, untuk apa dia
hadir, karena cinta itu memang gak perlu ada penjelasan apa apa, cukup
dia ada tanpa harus melakukan eksistensi apapun juga, cukup ada itu saja
sudah lebih dari cukup.
Dan untuk satu pembicaraan di pagi buta, biarkan saya dan ekspektasi saya tentang cinta membawa saya entah berujung kemana, karena rasa ini pun tak pernah memiliki ujung dari dulu hingga sekarang. Biarkan saya merangkup bebas udara, berkelana dalam hamparan dunia kasat mata, karena dari situ semua ingin saya mulai dan akhirkan.
Tak kudapati lagi dia tegak berdiri seperti dulu
Tak begitu wujud yang tersimpul dalam lamunannya,
yang mengarah pada satu nama, Penghambaan
Sawahlunto, Catatan pagi menuju siang, disaat biduk kembali oleng
Dua puluh Dua Mei Dua Ribu Sebelas
Mia Suhud ^_^
Dan untuk satu pembicaraan di pagi buta, biarkan saya dan ekspektasi saya tentang cinta membawa saya entah berujung kemana, karena rasa ini pun tak pernah memiliki ujung dari dulu hingga sekarang. Biarkan saya merangkup bebas udara, berkelana dalam hamparan dunia kasat mata, karena dari situ semua ingin saya mulai dan akhirkan.
Tak kudapati lagi dia tegak berdiri seperti dulu
Tak begitu wujud yang tersimpul dalam lamunannya,
yang mengarah pada satu nama, Penghambaan
Sawahlunto, Catatan pagi menuju siang, disaat biduk kembali oleng
Dua puluh Dua Mei Dua Ribu Sebelas
Mia Suhud ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar