Kamis, 08 November 2012

Cerita di Tanah Leluhur


Melihat foto diatas apa yang terlintas dalam pikiran teman-teman?? apakah foto ini cukup familiar, familiar, sangat familiar atau tidak familiar sama sekali ? Baiklah untuk menjawab segala keraguan teman-teman, foto ini merupakan tempat dimana leluhur saya lahir, tumbuh dan berkembang (wha ha ha ha bahasanya maapkan saiah leluhur g maksut kok (^_^)\/) foto ini diambil dari internet (mohon maaf sama yang punya hak cipta ya aku pake hasil ciptaannya hi hi hi :D) ini adalah view danau Maninjau dari kelok 44, ya Maninjau adalah Tanah leluhur saya tidak banyak yang tahu memang bahwa saya juga memiliki darah keturunan Maninjau :)),(jangan kaget gitu dong saya kan g bilang klo saya keturunan darah biru, darah saya merah bener deh bole di cek,saya cuma bilang keturunan orang Maninjau) jadi kenapa saya menulis tentang Maninjau ya karena apalagi kalau bukan rindu membaui aroma danau, rindu pada udaranya, rindu pada makanannya, rindu pada bau kayu bakar dari dapur nenek dan terlebih rindu pada rumah kayu tua dibawah kaki bukit sana, kalau di izinkan saya akan membuat tulisan kali ini penuh dengan daftar rindu saya terhadap kampung halamanan, walau saya bukanlah orang yang terlahir, besar dan tumbuh disana, hal ini tidak mengikis rasa bangga dan bahagia saya terlahir sebagai salah seorang Maninjau, tempat dimana juga terlahir seorang yang mengispirasi  Indonesia lewat pemikirannya sebagai seorang filsuf, ulama, sastrawan serta dianugerahi gelar pahlawan beliau adalah  Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau biasa dikenal dengan sebutan Buya HAMKA, bahkan oleh masyarakat Maninjau sang inspirator ini didirikan sebuah Museum untuk mengenang dan mengambil ilmu dari kisah perjalanan kehidupan beliau dan sekaligus agar sejarah tetap terjaga dengan utuh, tapi terus terang saya juga belum pernah mengunjungi Buya HAMKA dirumahnya ini :( karena ya alasan klise memang bahwa beberapa tahun terakhir ini saya sudah jarang pulang kampung :D

Jadi kali ini saya ingin mengenang masa kecil yang saya habiskan beberapa saat di Maninjau, dan bagaimana masyarakat di kampung saya itu menyambut lebaran baik Idul Fitri maupun Idul Adha, begini ceritanya:untuk menyemarakan lebaran hari kedua dikampung saya yang bernama Koto Malintang biasanya para pemuda kampung akan berkumpul di balai desa untuk merencanakan  arak-arakan simuntu (apa itu simuntu?? simuntu adalah sejenis boneka yang terbuat dari ijuk atau pun karisiak (daun pisang kering) yang didalamnya ada manusia) biasanya arak-arakan ini berlangsung dari kampung saya menuju kampung sebelah dan berakhir di jalan-jalan utama kampung, dan percaya ataupun tidak teman, sampai sekarang saya masih takut klo bertemu dan dekat-dekat dengan "si muntu" padahal kan di dalamnya manusia juga he he he, setiap kali simuntu ini lewat didepan rumah saya pasti akan sembunyi di dalam kamar, maka cita-cita untuk berfoto bersama simuntu pupus sudah karena ketidakberanian saya mengahadapi manusia berbalut ijuk itu, padahal jauh-jauh hari saya sudah berjanji untuk g takut lagi sama sosok "simuntu" ini -_-" maka setelah sesi arak-arakan simuntu selesai yang tersisa adalah saya menjadi bahan celaan dari seisi rumah, dan biasanya saya akan lari ke parak durian (baca: kebun durian) dibelakang rumah dan menemani Nambo menunggu panen durian  (klo pada saat itu musim durian sih he he he) atau paling tidak ngeliatin Nambo membersihkan itik (baca: bebek) untuk di masak  Itik Koto Gadang, yang rasanya juara \^_^/ soalnya saya paling suka sama masakan Nambo yang satu ini, gak ada tandingannya, bahkan masakan nenek yang super lezat itupun lewatttttttttt disantap pakai nasi anget-anget wuihhhhhh ini lebig dahsyat lagi sodara-sodara, saya yang g doyan pedas aja bisa nambah terus dan terussss apalagi makanya disuapin Nambo, bisa g nyadar itu udah nambah berapa kali :D
Pada ngiler ya???? saya apalagi ngebanyangin aroma dapur nenek yang ada Nambo disitu aja bikin laper :D (uupsssss lagi puasa,g batalkan ya?? maapkan Mia Ya Allah ^^)

Baiklah mulai pada komplain pengen tau hal-hal apalagi dan bagaimana saya menikmati masa liburan saya dikampuang nan jauah dimato??  pada hari berikutnya saya bersama kakak dan etek-etek (baca:tante) saya pergi kekebun kami  untuk memanen kacang ramo (baca:kedelai) yang hasil panennya luar biasa saudara-saudara sekali masak habis sudah kami santap hi hi hi (maklum di rumah kan banyak orang, alibi alibi) nikmat sekali, sungguh kapan-kapan kalian harus coba masakan dari bahan-bahan yang baru dipetik langsung dari kebunnya, tapi jangan minta ke saya ya, kan saya g ada kebunnya  :))
Dan setelah dari kebun kamipun pergi ke Danau, menjenguk ikan-ikan di kerambah, merasakan sensasi pertama kalinya naik rakit dan berjalan di sebilah bambu di atas danau Maninjau, duduk-duduk di kerambah sambil menikmati durian yang bikin iri ikan-ikan karena g bisa ikut mencicipi durian :)) dan alhasil sepulang dari danau saya baru menyadari bahwa dikaki saya ada sesosok makhluk hitam tak di undang nemplok, ia adalah tak lain tak bukan lintah tapi bukan lintah darah, dengan jeritan sehoror yang saya mampu dan bikin heboh rombongan maka dengan ikhlas dan kenyang hati lintah tersebut melepaskan ikatannya padakuh :'(. Bagaimana nasip saya setelahnya?? baik-baik saja Alhamdulillah dan berhasil menuangkan kejadian tersebut hari ini disini.

Cerita berakhir sekian dan terimakasih.

2 komentar:

  1. akhir ceritanya ga menggigit nih mi.. *kabooor* :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. *tarik tarikin mak cupid biar balik :D

      iya nih, abis aku belum dapet akhir ceritanya :D

      Hapus